Semalam yang lalu aku menangisi kamu (lagi), sekuat hati aku menahan titik airmataku agar tak jatuh namun tetap saja aku cenggeng lagi.
Entah mengapa kini aku menangis terlalu banyak hal-hal absurd yang membuatku kembali menangisi kamu.
Enak ya jadi kamu...tidak pernah merasakan diposisi menjadi yang terlantarkan hatinya oleh kamu.
Coba sebentar saja kamu jadi aku, dengan gejolak perasaan yang sama meggebunya seperti ini mencintai kamu sedalam ini.
Boleh aku istirahat sebentar dari aktivitas mencintai kamu dan memperjuangkan kamu ini?
Karena aku belum juga tahu sampai kapan aku bakal terus mencoba memperjuangkan kamu seperti ini, dengan kamu yang tidak juga mempertegas ikatan apa yang ada diantara kita.
Aku tidak pernah menyesal pernah dan masih memperjuangkan kamu seperti ini, karena perjalanan panjang ini banyak mengajarkanku banyak hal, ya mungkin Tuhan juga ingin aku benar-benar belajar sebelum Tuhan mempertemukan aku dengan yang terbaik.
Mencintai kamu, satu-satunya kenyamanan hati yang bisa mengerti aku apa adanya, bagaimana cara hatimu mengerti apa yang aku suka dengan cara luarbiasa. Terlalu tulus aku mencoba mencintai kamu hingga semua cara kamu memperhatikanku adalah hal yang sangat luar biasa dimataku.
Mencintai kamu, membuat aku tahu berartinya perjuangan sepenuh hati, aku yang bisa mencintai dengan dalam semua kesukaanmu.
Aku suka dunia sulapmu, aku suka dunia Hypnomu, aku suka dunia stand up comedy mu dan semua mengalir begitu saja. Aku rasa cinta sedang mengambil kendalinya untuk membuatku menyukai semua yang kamu suka. Bahkan hingga detik ini dengan kesadaran bahwa kamu sudah mengabaikanku aku masih mau berjuang dengan keyakinan suatu saat nanti kamu akan benar-benar bisa menyukaiku.
Mencintai kamu, menyadarkanku bahwa sulit melepaskan kenyamanan yang sudah aku dapat darimu, senyummu yang selalu membuatku semakin menumpukkan rindu hingga akhirnya berhamburan dan hilang atau terpaksa harus aku buang jauh-jauh.
Aku belajar perjuangan dan pengorbanan, bagaimana aku mengorbankan hatiku yang masih lebam untuk menerimamu walau kamu terus menguratnya dengan tajam.
Aku belajar mempertahankan, mempertahankan kamu yang jelas-jelas sudah tidak mau singgah di tempat ternyamanku, hatiku.
Aku belajar mempertahankan senyuman diantara sakit dan airmata yang terus saling bertarung karenamu.
Karena apa yang aku yakini tetap akan aku perjuangan hingga aku akan mendapatkan kepastian, mungkin hingga kamu muak dan benar-benar menghilang dari hidupku.
Ini hanya setengah dari proses yang kusebut mengikhlaskan, mengikhlaskan senyummu yang sangat magis itu untuk wanita lain, mengikhlaskan hidupmu sepenuuhnya untuk wanita yang lebih baik.
Mungkin aku juga harus sadar bahwa aku masih harus banyak belajar tentang konsep cinta yang sesungguhnya.
Apakah kini aku harus belajar bagaimana melupakan? Melupakan Aku dan Kamu yang pernah berjalan pada jalan yang sama namun hati kita tidak berhasil dipersatukan Tuhan.
No comments:
Post a Comment