Terimakasih tuan untuk segala pengacuahanmu, kini aku sadar bahwa aku harus melangkah lebih jauh darimu :)

Saturday, September 21, 2013

Catatan kecil untuk Maretku

Hai kamu..lama ya tidak lagi kusebut dalam doa malam sebelum tidurku
Aku takut sekarang...takut kekasihmu ataupun gebetanmu lebih sering menyebut namamu ketimbang aku, aku takut doaku tidak lagi yang paling Tuhan dengar.

Gak apa-apa sih, aku sekarang sudah bisa belajar ikhlas melepaskan cintamu.
Setelah aku pikir-pikir, perasaan ini hanya akan merusak masadepanku dan ketenangan hidupmu saja.
Sepertinya kita memang hanya ditakdirkan untuk menjadi teman, bukan sesuatu untuk menjadi lebih.

Bagaimana keadaanmu sekarang? Kamu sekarang sering sekali sakit sepertinya?
Jaga kesehatanmu ya, kamu tau kan aku paling takut senyum manismu meredup dari bibir indahmu itu.
Meskipun aku bukan siapa-siapa aku masih ingin kamu selalu baik-baik saja. Aku masih stalker terhebatmu.

Bagaimana dengan kuliahmu? Pasti sibuk banget ya sekarang, setelah jadi mahasiswa baru semseter satu.
Pasti menyenangkan kan sekarang udah jadi mahasiswa.
Kamu sekarang semakin sibuk pasti, ah mungkin kamu sudah lupa dengan kesepian.
Hari-harimu semakin ceria sekali sepertinya.

Oh iya, bagaimana dengan dunia sulapmu?
Udah makin jago sulap ya pasti kamu, entahlah kadang aku tiba-tiba rindu melihatmu main sulap lagi dihadapanku.
Konyol sih, tapi cuman sekedar kangen aja sih, bukan maksud untuk mengembalikan lagi kenangan.
Karena aku tau, tau banget kalau kenangan itu udah harus aku ikhlaskan berlalu.

Coba ceritakan padaku bagaimana setelah setengah tahun berlalu dari maret kita?
Apakah kamu semakin ganteng? Ah itu pasti.
Apakah kamu sudah meyakinkan hatimu pada satu wanita untuk selamanya?
Emh? Mantanmu itu ya? Sepertiya dia memang sangat hebat, hampir tak ada satu wanitapun yang bisa menggantikan posisinya di hatimu sampai detik ini.

Aku kadang binggung, kenapa kamu bisa sebegitu kuatnya menahan perasaanmu hanya untuk satu wanita saja? Keyakinanmu akan satu cinta yang bahkan kamu sendiri tidak tahu bagiaimana akhirnya.
Ya, mungkin kamu terlalu menutup hati rapat hatimu terlalu lama dan tidak mengijinkan seorangpun berkunjung dan mengambil cintamu.
Semoga keyakinanmu itu adalah yang terbaik.
Aku tidak sabar menunggu undangan mungil pernikahanmu benar-benar akan sampai ketanganku. Aku penasaran apakah keyakinanmu ini akan benar-benar mengantarkanmu kealtar pernikahan dengan wanita itu? Konyol sih, sempat-sempatnya aku memikirkan kehidupanmu sebegini rumitnya.
Tapi aku hanya ingin melihat pahlawan untuk dirinya sendiri itu benar-benar ada. Mungkin iya. Kamu.

Kamu yakin tidak ingin menanyakan bagaimana setelah enam bulanku dari maret kita? Mungkin kamu sudah tahu sekali bagaimana perasaanku kan.
Mungkin sekarang keadaannya hanya terlihat lebih simpel, atau lebih tepatnya aku buat sesimpel mungkin.
Merubah yang tidak biasa menjadi kebiasaan. Melakukan hal yang tidak sering aku lakukan menjadi keharusan. Dan menahan yang tidak bisa ditahan dengan dipaksakan. Sesimpel itu saja dengan perasaanku.
Entahlah, hatiku bagaimana kabarnya sekarang. Aku belum melihatnya. Aku masih harus melakukan beberapa hal agar perasaan itu benar-benar lenyap. Mungkin hancur atau sudah mati rasa.

Terakhir, boleh kah aku mengatakan ini. “Aku rindu kamu ndul” sesimpel itu saja, satu perasaan terakhir yang paling sulit aku tahan.
Sudah. Tidak usah dipikirkan. Bukan suatu hal yang penting, yang perlu kamu ingat.
Yang penting adalah senyummu harus selalu mengembang dibibir manismu itu, setiap waktu.

Dari yang pernah sangat gila dan menggilaimu


Dari yang tak lagi tersentuh kasih sayangmu


Yang sedang berusaha mati-matian mengikhlaskanmu