“Kalau kita dipertemukan lagi suatu hari nanti, aku minta Tuhan turunkan hujan biar aku bisa menahanmu lebih lama, biar aku bisa menatapmu lebih lama, dan mungkin kita bisa merasakan jatuh cinta yang sama.”
Hujan itu selalu menyenangkan, tiap titik yang jatuh seperti memberikan sentuhan ditubuhku, membuatku basah, kedinginan namun selalu berhasil mengembalikan kenangan.
Aku masih berdiri di pinggir gerbang sekolah yang sudah mulai sepi dari siswa yang satu persatu berhamburan pulang.
“Masih nunggu hujan reda ya?” tiba-tiba seorang lelaki yang sedari tadi berdiri disampingku bertanya padaku.
“enggak, aku lagi menikmati hujan” ucapku sampil sesekali mengadahkan tanganku pada titik-titik hujan yang turun.
“Kalau nikmatin hujan ya hujan-hujanan aja” ucapnya dengan santainya.
“Untuk menikmati gak harus merasakan, kadang ada hal-hal yang hanya bisa dinikmati tanpa harus dirasakan”
“Apakah ketika kita jatuh cinta juga gak perlu merasakan, cukup dinikmati dari jauh? Hujan sama cinta itu sama, kalau mau punya kenangan ya harus dirasakan, walaupun habis itu kita bisa aja sakit.”
Aku menatap lelaki itu dengan wajah penasaran, wajahnya membuatku terperangkap dalam beberapa detik yang membuat mataku dan matanya saling bertemu.
Tiba-tiba saja lelaki itu menarikku ke tengah hujan yang masih sangat derasnya, sebisa mungkin aku menutupi kepalaku agar tak terkena hujan dengan tangan mungilku, walaupun aku sudah basah kuyup.
Namun beberapa saat kemudian aku mencoba membuka mataku ditengah hujan, kemudian ada sesuatu yang terjadi pada hatiku. Ada kedamaian disana ada ada resah yang mendadak tenang.
Aku menikmati hujan, mungkin sekarang aku juga dapat merasakannya.
“ternyata menikmati hujan dan merasakannya itu lebih asyik” ucapku pada lelaki yang kini mulai menggengam tanganku.
Perlahan darahku berpacu kencang, seperti ada getaran yang tak mampu aku artikan. Dan lagi-lagi mataku terkunci dalam pandangan lelaki itu.
“Aku suka hujan ketika aku bisa menahanmu bahkan untuk waktu yang lama” ucap lelaki itu.
Ia kemudian melemparkan senyuman dan kemudian berlari meninggalkanku dalam hujan.sendirian.
Aku masih terpaku, lalu perlahan hujan mulai reda. Aku pulang dengan membawa kenangan tentang hujan.
Hari ini sepertinya hari mendung, namun aku tak pernah merasa sebahagia ini. Sepulang sekolah ternyata benar hujan turun deras lebih deras dari hari kemarin.
Aku ingin menahannya lagi dalam hujan, dan mungkin dalam waktu yang tak bisa ditentukan. Yang lama.
Aku mulai gelisah ketika sosokmu tak kunjung muncul. Namun ketika kulihat kesamping ternyata kamu sudah menggandeng perempuan lain. Oh mesranya.
Kamu tawarkan ia payung yang dapat melindunginya dari derasnya hujan, kemudian kaupun berlalu.Aku berlari menjemput hujan, menjemput kenangan yang pernah kau goreskan.
Aku kini mulai menangis dalam hujan. Ini menyenangkan, menangis dalam hujan. Tidak seorangpun akan tau ini tangisan atau hujan, yang nyatanya hatiku sedang terhujani rasa kesakitan. Perih.
Andai saja aku tau kalau hujan itu menyenangkan, harusnya kamu tidak mengajariku indahnya hujan dan kemudian pergi dengan payungmu.
Harusnya kamu tidak mengajariku tentang hujan kalau akhirnya kamu membenci hujan.
“Kalau kita dipertemukan lagi suatu hari nanti, aku minta Tuhan turunkan hujan biar aku bisa menahanmu lebih lama, biar aku bisa menatapmu lebih lama, dan mungkin kita bisa merasakan jatuh cinta yang sama.”