Hanya saja saat aku menulis ini, ada banyak kupu-kupu yang sedang menari-nari diatas bayangannya, lalu senyumku mengembang dengan lucunya.
DIA calon konselor yang selalu aku curi-curi wajahnya dalam akun facebooknya, namanya sederhana namun tidak kehadirannya dalam pikiranku.
Calon konselor yang hampir lulus studi, kakak tingkat yang sedang mulai menyusun skripsinya, dan orang yang selalu berhasil menciptakan decak setiap kali aku bertemu dengannya.
Entah untuk alasan apa, sejak awal aku melihatnya duniaku seperti tercuri habis dengan bayangannya, senyumnya yang awal pertama kulihat langsung berhasil menciptakan pelangi dan tawa-tawa kecil diujung bibirku. Dia berhasil menggeser segala sosok dalam imajiku.
Untuk calon konselor yang tidak aku tahu apa-apanya, aku hanya tahu namanya, aku tahu akun facebooknya namun aku tak tahu milik siapakah hatinya. Pernah ia bercerita dalam akun facebooknya tentang perempuan lain, apakah ia sudah punya kekasih? Oh sungguh aku berharap hatinya masih kosong.
Mas, bolehkah aku menempatkanmu dalam pikiranku sebagai seseorang aku bisa aku sebut kesayangan? Aku tahu kita belum pernah kenal, bahkan mungkin kamu tidak tahu akan sosok adik tingkatmu yang dengan lancangnya selalu mencuri-curi pandang ke arahmu setiap kali kita bertemu dikampus. Aku tidak tahu apa yang bisa membuatku menjadi sangat aneh setiap melihatmu, aliran darahku seperti mengalir dengan cepatnya secepat laju perasaanku yang terlalu cepat aku simpulkan sebagai suatu perasaan yang aneh.
Semalam aku habis mengintip akun facebookmu mas, ah sial kamu ganti foto profilmu, kamu makin ganteng mas. Tiba-tiba ada debar yang tidak menentu, mengacaukan pikiranku, aku merindukanmu mas. Iya, sudah sangat lama rasanya aku tidak melihatmu dikampus. Mungkin sudah sebulan? Duabulan? Ah aku hampir lupa berapa lama, aku juga mulai lupa bagaimana wajahmu kini mas.
Bagaimana skripsimu mas? Sudah sampai bab berapa? Ah kalau kamu sudah mulai menyusun skripsi itu artinya kamu hampir lulus dan aku tidak tahu lagi bagaimana aku bisa melihatmu.
Aku belum sempat mengenalmu, aku belum sempat tahu apakah kamu sudah punya kekasih atau belum, aku belum sempat menggengam tanganmu ah kenapa aku baru mulai mengetahui sosokmu ketika kamu sudah akan lulus mas? Rasanya menyesal sekali.
Beritahu aku satu hal saja mas, bagaimana sosokmu yang tak benar-benar kukenal bisa benar-benar menyita seluruh senyumku dalam waktu sesaat?
Dari adik tingkatmu yang menyebutmu rindunya