Terimakasih tuan untuk segala pengacuahanmu, kini aku sadar bahwa aku harus melangkah lebih jauh darimu :)

Thursday, July 24, 2014

Seharusnya Aku Sudah Tidak Menulis Tentangmu Lagi

Seharusnya aku sudah tidak menulis tentangmu lagi, seharusnya aku sudah memiliki kisah baru untuk kutulis, namun aku sadar bahwa akhir-akhir ini aku hanya memaksakan perasaanku untuk ikhlas.
Hari ini aku tahu bahwa aku masih terlalu sakit didalam hatiku, aku masih tak bisa melihatmu berjuang untuk yang lain.

Hari ini, aku sungguh sadar bahwa ternyata aku belum bisa benar-benar ikhlas melepaskanmu.
Hari ini aku melihatmu kesakitan memperjuangkan dia, wanita yang baru beberapa bulan kamu kenal.
Lalu bagaimana aku yang bertahun-tahun memperjuangkanmu namun tak kau pedulikan?
Sehebat apakah wanita itu bisa membuatmu sangat ambisius mengejarnya?

Hari ini aku sadar juga bahwa terlalu sulit mencari orang yang bisa mencintai seseorang tanpa melihat fisik dahulu.
Aku menyadari bahwa fisik seseorang adalah awal seseorang dapat jatuh cinta. Ya, dia cantik bahkan dapat kukatakan sangat cantik.
Memang seharusnya aku sadar diri, kamu tak mungkin bisa mencintaiku.

Aku sungguh tidak menyesali perjuanganku bertahun-tahun untukmu, aku hanya ingin semua ini dapat berakhir.
Aku perlu melanjutkan hidupku seperti kamu melanjutkan hidupmu tanpa pernah sedikitpun memikirkanku.
Aku juga ingin bisa selalu bahagia seperti kamu bahagia tanpa memperdulikanku. Kenapa aku yang harus berjuang sendirian?

Kini kamu sedang tertatih memperjuangkan dia, kamu sedang merasakan rasanya diberi harapan kosong, kamu sedang merasakan rasanya sulit mengontrol emosi perasaanmu kan?
Apakah kamu terbesit bahwa seperti itulah aku memperjuangkanmu? Kamu baru beberapa bulan kesakitan, aku sudah bertahun-tahun menahan sakit itu.
Kita impas kan sekarang? Jadi tolong beritahu aku bagaimana menghentikan perasaan ini untukmu. Aku ingin mundur dari pertarungan berdarah-darah ini, aku ingin melanjutkan hidupku yang tidak ada kamunya.

Aku ingin meraskan rasanya menemukan seseorang yang benar-benar dapat menerima segala kurang dan lebihku. Bukan kamu.
Aku ingin merasakan rasanya diperjuangkan sepenuh hati dengan segala hal-hal romantis yang dapat membuatku benar-benar jatuh cinta. Bukan olehmu.
Aku ingin semua drama melankolis hatiku ini berakhir, aku ingin menemukan lagi senyumku yang benar-benar dihadirkan oleh seseorang yang tulus. Bukan sepertimu.

Tolong, berhenti membuatku terus berfikir bahwa kamu adalah yang terbaik yang pernah aku temui.
Tolong, hentikan semua panah-panah pesonamu yang selalu membuatku berhenti dan menunggumu.
Aku butuh benar-benar bahagia, bukan bahagia dengan harapan-harapan kosong yang kubuat sendiri.

Setelah ini, aku hanya ingin semua angan-angan kosong ini hilang.
Angan-angan tentang kamu yang suatu saat pasti akan bisa mencintaiku juga.
Aku sudah terlalu jauh tersesat dalam labirin hatimu yang tak juga kamu beri petunjuk.
Beritahu aku jalan keluar dari hatimu, agar aku dapat menemukan labirin hati yang lebih baik.

Thursday, July 17, 2014

Kenapa Kamu Kembali

“Kenapa kamu harus kembali lagi disaat semua sudah coba ku ikhlaskan, ketika aku sudah bisa terima bahwa hatimu sudah milik yang lain?”

Tiba-tiba saja kamu kembali dengan entah mengapa, kamu mencoba mengusik hidupku yang bisa dikatakan sudah bisa melepaskanmu, yang sudah bisa mencoba tidak mengingatmu lagi.
Kamu hadir tidak sendiri, kamu bawa semua luka itu kembali, kamu membuka lagi jahitan-jahitan luka yang sudah susah payah kuobati. Apa maumu? Masihkah kamu ingin membuatku berat untuk melepasmu lagi?

Apa maumu? Membuatku kembali menyesali keputusanku dulu yang tidak sempat menjawab cintamu? Atau ingin aku kembali berharap kepadamu?
Aku sudah cukup jauh berjalan dari kisah singkat kita, sudah mulai tenang tanpa terbayang-bayang penyesalanku, sudah bisa tersenyum untuk hubunganmu dengannya tapi kenapa kamu kembali hadir lewat dunia maya kamu kembali dengan semua pesonamu yang selalu saja membuatku terpana dulu.

Seandainya dulu aku tidak membuatmu menunggu, seandainya aku tidak memintamu untuk sedikit lagi berjuang agar aku percaya dan menerimamu mungkin keadaannya tidak seperti ini.
Namun disisi lain aku bersyukur, Tuhan tunjukkan siapa kamu sebelum aku terlanjur jauh mencintaimu.
Dulu, ya memang sudah menjadi sebuah kenangan, harusnya aku sudah bisa mengikhlaskan.
Lalu selama ini apakah aku hanya mencoba ikhlas? Padahal hatiku masih sangat perih.

Aku terlalu sering memperjuangkan orang yang salah, apakah salah bila aku meminta mu sedikit berjuang kala itu, mencoba sedikit lagi meyakinkanku untuk memilihmu? Namun, kamu akhirnya menyerah dan memilih wanita itu, wanita yang sudah cukup lama menunggumu. Lalu aku kalah begitu saja, tersingkirkan dengan cepatnya diatas perasaanku yang masih bimbang.
Semua terlalu cepat sehingga aku belum berhasil merapikan perasaanku dan harus menerima kenyataan menyakitkan itu. Memang tidak benar-benar hancur perasaanku saat itu, kau tahu? Aku sudah tahu rasanya itu hingga hatiku sudah terlalu kebal, namun tetap saja sakit itu ada. Ingin rasanya aku membencimu, ya aku membencimu kala itu namun aku tetp saja tidak bisa benar-benar melupakanmu. Aku masih saja ingin tahu kabarmu, masih selalu mencari tahu kabarmu dan kabar hubunganmu dengan wanita itu walau akhirnya aku harus menelan sesak didada.

Lalu kini ketika aku sudah mulai kembali kepada hari-hari tanpa mengingatmu, ketika aku sudah mulai bisa tidak mencari tahu kabarmu, kamu hadir lagi membawa semua kenangan itu ikut bersamamu.
Harus bagaimana hatiku menyambutnya? Haruskah aku lapangkan lagi dadaku untuk tetap bisa menerima hadirmu dan semua kenanganmu?
Aku hanya wanita biasa, wanita yang terlalu rapuh untuk membencimu, yang tidak pernah sanggup melupakan seseorang yang pernah ada di hati, mana mungkin aku tidak menyambutmu kembali.

Kini akhirnya kamu berhasil kembali memenuhi lorong-lorong pikiranku dengan bayanganmu lagi, kamu berhasil masuk dalam labirim gelap hatiku lagi, terserah kamu saja kini obrak-abrik hatiku sesukamu lagi saja.

“Aku tahu bahwa aku terlalu sulit mengikhlaskanmu, namun aku harus tahu bahwa akan lebih menyulitkan lagi apabila aku tidak memilih untuk mencari bahagia lain dengan cara mengikhlaskanmu” - @Taradita18

Wednesday, July 9, 2014

Catatan Kecil Seorang Jomblo

Jomblo? HAHA
Jomblo itu apasih?
Jomblo itu bukan dosa kan?

Sebenarnya kesendirian itu hanya mengajarkan aku menjadi pribadi yang lebih baik, kesendirian itu hanya sebuah masa dimana aku bisa berinstrospeksi diri secara maksimal.

Dua tahun, bukan waktu yang sebentar, apalagi untuk umurku yang dimana kawan-kawanku sudah memiliki pasangan untuk sekedar berbagi kebahagiaan, memiliki bahu maha nyaman, memiliki seseorang yang bisa digenggam tangannya.
Jujur, kalau dibilang iri yap, aku iri.
Tapi jauh disamping semua itu, aku masih punya banyak hal yang harus aku wujudkan. Masih banyak orang-orang yang harus aku bahagiakan selain seseorang yang memiliki status pacar.

Dua tahun,aku banyak belajar dari orang-orang disekitarku, aku mencoba memahami apa itu kesetiaan, apa itu membahagiakan, apa itu kemandirian.
Namun, kadang semua itu tidak hanya harus terus diteorikan saja, ada kalanya hati bergetar lalu merasakan semua tidak hanya butuh sebuah teori.

Makin lama, kadang aku merasa Tuhan sebenarnya sangat menyayangiku, banyak orang Tuhan masukkan dalam hidupku, mereka kadang hanya datang untuk menggoreskan luka, atau hanya sekedar datang menyembuhkan luka lalu pergi begitu saja.
Aku tahu Tuhan sedang mengajarkanku sesuatu. Tuhan maha sayang kepadaku.

Kalau kupikir-pikir lagi, sebenarnya Tuhan hanya sedang ingin aku belajar, terus belajar hingga aku nanti akan siap dengan hati yang telah Tuhan kuatkan dari berbagai kesakitan yang Tuhan berikan.
Semua luka yang Tuhan beri lewat orang-orang ini nantinya akan menguatkan dinding hatiku agar kelak nanti ketika Tuhan jatuhkan orang yang tepat, hatiku sudah siap dengan segala luka dan kesakitan hingga tidak ada lagi yang mampu merobohkan.

Pernahkah kalian merasa jenuh dengan semua ketidakadilan semacam ini? Mengapa Tuhan terus memberimu cobaan?
Justru, orang yang terus diuji oleh Tuhan adalah orang-orang yang akan dinaikkan derajatnya oleh Tuhan.
Percayakah?
Ya, aku sangat percaya itu.

Namun jujur kadang sebagai seseorang yang hampir lupa rasanya dipanggil “sayang” ini, melihat teman-temannya bahagia dengan kekasihnya pastilah ada rasa iri.
Nyeseknya, kadang aku berfikir, kapan aku bisa merasakan rasanya diperhatikan oleh seorang lawan jenis seperti kawan-kawanku? Namun hati terus saja menepis, mencoba menepis rasa iri tersebut.
Dua tahun, terus saja hatiku menahan namun tidak bisa dipungkiri tetap saja keinginan itu ada.

Kini, hatiku mulai lelah menunggu, hatiku mulai meragu, hatiku mulai terbiasa dengan kesendiriannya, rasa kepekaannya mulai melemah.
Namun aku tetap yakin Tuhan telah menuliskan jodohku didalam lauh mahfudzku dan semoga Tuhan akan senantiasa membimbing jodohku sejalan dengan aku yang terus mencoba untuk memperbaiki diriku sendiri.

Yakinlah, bahwa Tuhan akan menjatuhkan kodratnya pada waktu yang tepat. Tuhan tidak mungkin salah menjatuhkan. Tuhan tidak akan memberikan cobaan melebihi batas kekuatan manusia.
Maka biarlah kini aku terus senantiasa memperbaiki diri agar kelak Tuhan akan memberikan hasil dari jerih payahku sesuai dengan apa yang aku perjuangkan.

Catatan kecil ini adalah catatan kecil seorang jomblo.